Kerajaan Mataram Islam
SEJARAH KERAJAAN MATARAM
Kerajaan Mataram berawal dari keberhasilan Sutawijaya dalam pertempuran mengalahkan Aria Penangsang asal Jepang. Atas keberhasilannya tersebut, Sutawijaya kemudian mendapatkan hadiah Hutan Mentaok dari Sultan Hadi Wijaya. Sebelum diberikan ke Sutawijaya, Hutan Mentaok awalnya dipimpin oleh Ki Ageng Pamanahan. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, Hutan Mentaok kemudian dipegang oleh Sutawijaya dengan gelar Panembahan Senopati. Wilayah pemerintahannya pada saat itu mewarisi wilayah Kerajaan Pajang atau sekitar kawasan Jawa Tengah. Pusat pemerintahan berada di Mentaok timur kota Yogyakarta dan selatan Bandar Udara Adisucipto. Awalnya lokasi keraton terletak di kawasan Banguntapan kemudian pindah ke Kotagede. Setelah Sutawijaya meninggal dan dimakamkan di Kotagede, kekuasaan diturunkan ke putranya yaitu Prabu Hanyokrowati. Sayangnya pemerintahan Prabu Hanyokrowati tak berlangsung lama. Ia wafat setelah mengalami kecelakaan saat berburu di hutan krapyak. Karena itulah beliau disebut Susuhunan Seda Krapyak, artinya Raja yang wafat di Krapyak. Tahta kerajaan kemudian dialihkan sementara waktu ke tangan putra keempat Mas Jolang, Adipati Martopuro. Penyakit syaraf yang diderita Adipati Martopuro membuat tahta kerajaan harus dialihkan ke putra sulung Mas Jolang yakni Mas Rangsangpada. Di masa pemerintahan Mas Rangsang inilah Mataram mengalami zaman keemasan.
RAJA-RAJA KERAJAAN MATARAM
- Ki Ageng PamanahanKi Ageng Pamanahan merupakan raja sekaligus pendiri dari Kerajaan Mataram Islam dari desa Mataram pada tahun 1556. Desa Mataramn itulah yang menjadi wilayah kerajaan Mataram pertama yang dipimpin oleh anaknya bernama Sutawijaya. Tanah dari desa ini awalnya berupa hutan lebat yang kemudian dipangkas oleh penduduk sekitar dan kemudian diberi nama Alas Mentaok. Lalu kemudian, Ki Ageng Pamanahan menjadikan tanah tersebut sebagai sebuah desa yang disebut Mataram. Ki Ageng Pamanahan wafat di tahun 1584 serta dimakamkan di Kota Gede atau sekarang disebut dengan Jogjakarta.
- Panembahan SenapatSetelah wafatnya Ki Ageng Pamanahn ditahun 1584, kekuasaan kerajaan jatuh kepada putranya yang bernama Sutawijaya. Sutawijaya merupakan menantu sekaligus anak angkat dari Sultas Hadiwijaya. Pada awlanya, Sutawijaya merupakan senapati dari kerajaan Pajang, oleh sebab itu ia memiliki gelar "Panembahan Senpati" sebab masih dianggap sebagai senapati utama dari Pajang di bawah Sultan Pajang. Kerajaan Mataram Islam mulai bangkit kembali di bawah pemerintahan Panembahan Senapati. Dimasa kepemimpinannya bahkan mampu memperluas wilaah kekuasaan kerajaan dari Pajang, Demak, Tuban, Madiun, Pasuruan dan sebagian besar wilayah di Surabaya. Namun pada tahun 1523, Panempahan Senapati wafat lalu posisinya digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang.
- Raden Mas JolangPanembahan Anyakrawati atau yang lebih dikenal sebagai Raden Mas Jolang merupakan putra dari Panembahan Senapati bersama putri Ki Ageng Panjawi sang penguasa Pati. Raden Mas Jolang adalah pewaris kedua dari kerajaan Mataram Islam. Ia memimpin kerajaan dari tahun 1606 hingga 1613 atau selama 12 tahun. Pada masa pemerintahan Raden Mas Jolang banyak terjadi peperangan yang tak dapat dielakan. Peperangan disebabkan adanya penaklukan wilayah dan juga mempertahankan wilayah kerajaan. Raden Mas Jolang wafat di tahun 1613 di desa Krapyak lalu kemudian dimakamkan di bawah makam ayahnya di daerah makan Pasar Gede.
- Raden Mas RangsangRaden Mas Rangsang merupakan raja ke 3 dari Kerajaan Mataram Islam serta merupakan putra dari Raden Mas Jolang. Raden Mas Rangsang memrintah sejak tahun 1613 hingga 1645. Dimasa pemerintahannya lah Kerajaan Mataram Islam mengalami puncak kejayaan. Sebab mampu menguasai hampir seluruh wilayah Tanah Jawa seperti Jawa Tengah, Jawwa Timur dan sebagian Jawa Barat. Beliau memiliki gelar Sultan Agung Senapati Ingalaga Ngabdurrachman. Selain menaklukan tanah Jawa, Sultan Agung juga mampu mengalahkan VOC yang hendak merebut Jawa dan Batavia. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng, Kerajaan Mataram Islam berkembang menjadi suatu Kerajaan Agraris. Dan pada akhirnya Sultan Agneng wafat di tahun 1645 disertai di makamkan di Imogiri.
- Amangkurat IAmngkurat I atau Sultan Amgnkurat merupakan putra dari Sultan Ageng. Saat kerajaan di bawah pemerintahannya, beliau memindahkan pusat kerajinan dari kota Gede ke kraton Plered di tahun 1647. Amangkurat I memerintah dari tahun 1638 hingga tahun 1647. Dan dimasa pemerintahannya kerajaan mengalami perpecahan. Hal tersebut diakibatkan karena sultan Amangkurat I menjadi teman dari pihak VOC. Sultan Amangkurat I wafat pada tanggal 10 Juli 1677 serta dimakamkan di Telagawangi, Tegal. Sebelum ia meninggal, ia sempat mengutus Sunan Mataram atau Mangkurat II untuk dijadikan penerusnya.
- Amangkurat IIRaden Mas Rahmat atau Amangkurat II merupakan raja sekaligus pendiri dari Kasunanan Kartasura. Kasunanan Kartasura sendiri merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram Islam. Amngkurat II memerintah dari tahun 1677 hingga tahun 1703. Amangkurat II merupakan raja pertama yang mengenakan pakaian eropa sebagai pakaian dinas, oleh sebab itu masyarakat mataram menyebutnya sebagai Sunan Amral (Admiral)
MASA KEJAYAAN KERAJAAN MATARAM
Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan di bawah pemerintahan Raden Mas Rangsang atau sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, ia memindahkan lokasi keraton ke Karta (Jawa. Kerta sehingga disebut Mataram Karta). Pemerintahannya mencakup wilayah Pulau Jawa dan Madura kecuali Batavia. Karena sering mengalami gesekan dalam penguasaan perdagangan dengan VOC di Batavia, Kerajaan Mataram kemudian berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon untuk melawan VOC.
PENINGGALAN KERAJAAN MATARAM
Sebagai suatu kerajaan yang pernah eksis, pastinya Kerajaan Mataram Islam memiliki barang peninggalan yang juga sebagai sumber sejarah kerajaan mataram islam. Berikut merupakan beberapa peninggalan dari Kerajaan Mataram Islam:
- Sastra Ghending karya Sultan Agung,
- Tahun Saka
- Kerajinan Perak
- Kalang Obong, yaitu tradisi kematian orang kalang dengan cara membakar beberapa peninggalan orang yang telah meninggal
- Kue kipo adalah makanan khas masyarakat kota gede, makanan ini konon katanya telah ada sejak jaman kerajaan mataram islam
- Pertapaan Kembang Lampir, tempat Ki Ageng Pemanahan bertapa untuk mendapatkan wahyu kerajaan Mataram Islam
- Segara Wana dan Syuh Brata, yaitu meriam-meriam yang diberikan oleh Belanda atas perjanjiannya dengan kerjaan Mataram saat masa kepemimpinan Sultan Agung.
- Puing – puing candi Hindu dan Budha yang terdapat di aliran Sungai Opak dan juga aliran sungai Progo
- Batu Datar yang terletak di Lipura lokasinya tak jauh di barat daya kota Yogyakarta
- Pakaian Kiai Gundil atau lebih dikenal sebagai Kiai Antakusuma
- Masjid Agung Negara yang dibangun pada tahun 1763 oleh PB III.
- Masjid Jami Pakuncen yang didirikan oleh sunan Amangkurat I
- Gapura Makam Kota Gede, yang merupakan perpaduan antara corak hindu dan islam.
- Masjid yang berada di Makam Kota Gede.
- Bangsal Duda
- Rumah Kalang
- Makam dari Raja- Raja Mataram yang berlokasi di Imogiri
- Gerbang Makam Kota Gede
Belum Ada Komentar